Jumat, 15 Juli 2016
BUDIDAYA TERNAK SAPI
Posted By: Unknown - 03.37.00
Beternak sapi merupakan salah satu prospek yang baik jika di bandingkan dengan yang lain hampir sama saja penghasilanya tergantung modal yang kita keluarkan,
Sapi potong merupakn salah satu sumber daya penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai jual yang tinggi dan sangat penting arti di dalam kehidupan masyarakat.
Daging sangat besar manfaatnya bagi pemenuhan gizi berupa protein hewani.Sapi adalah satu satu hewan yang menjadi andalan untuk menyediakan kebutuhan pangan daging.
Ternak sapi khususnya sapi potong merupakan salah satu usaha yang tidak ada hentinya.Usaha ternak sapi potong kebanyakan masih dikelola secara tradisional dan dengan usaha skala kecil.
Hal ini dikarenakan factor kemampuan peternak di bidang permodalan serta keterbatasan pengetahuan tentang cara beternak sapi potong yang baik nah jangan kawatir saya akan jelaskan sedikit tantang cara beternak sapi potong yang baik adalah
Penggemukan dan Memilih Jenis Sapi
Beternak sapi yang sering di lakukan oleh sejumlah masyarakat yang senang memelihara sapi adalah dengan cara pembesaran atau penggemukan daging. Penggemukan ini dilakukan dalam waktu yang singkat yaitu berkisar 3-5 bulan. Cara beternak sapi potong yaitu harus memperhatikan jenis-jenis sapi potong dan langkah pemilihan bakalan.Dalam proses penggemukan dan pemilihan bakalan sapi potong yang baik dan benar.
Akan tetapi tidaklah semua jenis sapi itu mempunyai prospek yang sama untuk digemukkan. Ada beberapa faktor yang dapat digunakan untuk menentukan jenis sapi yang lebih prospektif untuk digemukkan.
Faktor-faktor tersebut adalah :
Jumlah populasi
Jumlah pertambahan populasi setiap tahun
. Penyebaran
Produksi karkas dan
Efisiensi penggunaan pakan
Persyaratan Kandang
Pembuatan kandang untuk sapi potong perlu memperhatikan beberapa persyaratan antara lain Adalah;
Segi teknis, Ekonomis, Kesehatan kandang, Ventilasi kandang, Pembuangan kotoran pengelolahan tempat dan kesehatan lingkungan sekitarnya.
Pemilihan Lokasi:
Pertimbangan yang harus dilakukan dalam memilih lokasi antara lain adalah :
Ketersediaan sumber air untuk minum
Memandikan dan membersihkan kandang ternak,dan dekat dengan sumber pakan,
Kemudahan akses transportasi untuk penyediaan pakan dan pemasaran,
Tersedia areal untuk perluasan jika dibutuhkan,
Lokasi lebih tinggi dari sekelilingnya sehingga memudahkan untuk pembuangan limbah dan menghindari Genangan air pada waktu hujan,
Jarak kandang dengan bangunan umum dan perumahan minimal 10 m,
Tidak mengganggu kesehatan lingkungan,
Relatif jauh dari jalan umum dan limbah ternak dapat tersalur dengan baik
Secara umum, kandang memiliki dua tipe, yaitu individu dan kelompok. Pada kandang individu, setiap sapi menempati tempatnya sendiri berukuran 2,5 X 1,5 m. Tipe ini dapat memacu pertumbuhan lebih pesat, karena tidak terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan dan memiliki ruang gerak terbatas, sehingga energi yang diperoleh dari pakan digunakan untuk hidup pokok dan produksi daging tidak hilang karena banyak bergerak. Pada kandang kelompok, bakalan dalam satu periode penggemukan ditempatkan dalam satu kandang. Satu ekor sapi memerlukan tempat yang lebih luas daripada kandang individu. Kelemahan tipe kandang ini yaitu terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan sehingga sapi yang lebih kuat cenderung cepat tumbuh daripada yang lemah, karena lebih banyak mendapatkan pakan.
Pakan Untuk Sapi Potong
Pakan menjadi factor utama dalam program pengemukan.seperti diberi makan rumput, daun-daunan atau jerami. Pakan untuk sapi potong dapat dikelompokkan menjadi :
A. Hijauan
Hijauan yang berkualitas baik (rumput unggul atau campuran rumput dengan hijauan kacang-kacangan) umumnya sudah dapat memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan dan reproduksi yang normal sehingga pada pemeliharaan sapi dianjurkan lebih banyak menggunakan hijauan (85-100%),
Apabila hijauan banyak tersedia, pemberian konsentrat hanya dianjurkan untuk keadaan tertentu saja seperti saat sulit hijauan (di musim kemarau) atau untuk penggemukkan.
Contoh Hijauan Unggul :
Rumput setaria,Rumput Gajah,Rumput raja,Rumput benggala,Rumput bede,Lamtorogun,Turi ,Gamal dan Kaliandra
Contoh Hijauan Limbah Pertanian :
Jerami Kacang panjang
Jerami Kedelai
Jerami Padi
Jerami Jagung
Konsentrat
Contoh konsentrat :
Dedak padi
Onggok (Ampas singkong)
Ampas tahu
Dan lain-lain
Perkembangbiakan sapi potong
Pada usaha ternak sapi potong yang sistem produksinya untuk menghasilkan anak-anak sapi yang hampir sama umurnya dalam jumlah yang besar untuk dijual sebagai anak sapi (Feeder Cattle), maka perkawinannya dilakukan secara musiman
Sapi potong mulai dewasa kelamin yaitu apabila mulai timbul oestrus (tanda-tanda birahi, bronst). Pada umur 8-12 bulan, tergantung pada bangsa-bangsa, makanan, dan lingkungannya.
Cara Perkawinan
Pada sapi potong dapat dilakukan dengan pengaturan dan pengawasan sepenuhnya oleh manusia yang disebut cara ”Hand Mating” yaitu pemeliharaan jantan dan betina dipisah dan bila ada betina yang bronst,
Diambilkan pejantanya agar mengawininya atau dilakukan perkawinan buatan atau dengan cara perkawinan bebas di padang rumput. Dimana sapi-sapi jantan dan betina yang sudah dewasa pada musim perkawinan dilepas bersama-sama, bila ada sapi-sapi betina yang bronst tanpa campur tangan si pemilik akan terjadi perkawinan.
Cara perkawinan inilah yang cocok dilakukan pada usaha sapi potong dimana perkawinan biasanya dilakukan secara musiman.
BUDIDAYA TERNAK KERBAU
Posted By: Unknown - 03.29.00
Cara ternak kerbau yang baik yang harus diperhatikan ialah pemilihan bibit, perkandangan, pemberian makan, pengendalian penyakit, penangan pascapanen, dan pemasaran. Hal-hal tersebutla yang harus lebih diperhatikan untuk menjalankan ternak kerbau supaya hasil peternakan sesuai yang kita harapkan.
Di bawah ini kita akan membahas satu-persatu langkah-langkah cara ternak kerbau yang baik dan sesuai dengan aturan yang biasa dilakukan oleh para peternak di Indonesia.
Pemilihan Bibit
Memilih bibit ternak kerbau berpedoman pada sifat individu, bibit atau pengenalan jenis ternak, silsilah keturunan, dan berdasarkan keadaan luar serta umur ternak. Selain itu, diperhatikan pula daya produksi ternak, misalnya berat lahir, berat sapih, pertambahan berat badan, efisiensi penggunaan makanan dan kualitas daging atau karkas serta kemungkinan berdasarkan criteria pemenang dalam suatu perlombaan.
Silsilah keturunan : memiliki keturunan yang mulus, pertumbuhannya cepat besar dan kokoh, keadaan bentuk luar normal dan seimbang, kerbau jantan memiliki alat kelamin jantan yang normal, kerbau betina mempunyai ambing yang lembut dan puting 4 buah.
Kemudian kerbau harus sehat yang ditandai dengan keadaan matanya yang bersih dan beringas, kulit lembut mengkilap, badan tidak kurus, kaki kokoh, hidung bersih, lidah berbau rumput dan kotorannya normal.
Sifat Individu Bibit : sifat individu bibit ternak kerbau dapat dilakukan melalui pengenalan jenis atau tipe kerbau. Jenis kerbau yang ada di Indonesia terdiri atas kerbau lumpur, kerbau murrah, dan kerbau local.
Kerbau Lumpur, mempunyai kebiasaan berkubang di lumpur dan di rawa-rawa, merupakan kerbau yang ulet bekerja baik sebagai pengolah (membajak) tanah maupun penarik pedati, kerbau ini cucuk untuk produksi daging, sedangkan produksi susunya rendah.
Kerbau Murrah, ditandai dengan ukuran badan yang besar dan warna kulitnya hitam atau kelabu kehitam-hitaman, merupakan kerbau tipe susu, tetapi petani sering menggunakan kerbau ini untuk kerja di sawah.
Karakteristik kerbau murrah mempunyai kepala kecil dan tanduk berbentuk spiral, bobot badan jantan dewasa rata-rata 544 kg dan betina dewasa rata-rata 450 kg, produksi susu rata-rata per laktasi 1.800 kg dengan masa laktasi selama 9-10 bulan.
Kerbau Lokal, banyak terdapat di seluruh Indonesia. Di sumba, kerbau local sering di pakai untuk bekerja di sawah, sedangkan di Sumatra Barat kerbau local menunjukan tingkat status social seseorang di masyarakat.
Keadaan Luar dan Umur
Factor penting yang harus diperhatikan dalam memilih bibit kerbau adalah melalui pengamatan kesehatan ternak, umur, dan keadaan luar ternak.
Kesehatan, ciri kerbau sehat diantaranya: mata bersih (putih), kulit bercahaya, keadaan tubuh gemuk dan normal, bulu bersih dan tidak kurap, hidung ingusnya sedikit dan tidak berbau.
Umur Ternak, kerbau dapat dilihat melalui keadaan giginya. Gigi kerbau hanya terdapat pada rahang bawah, sedangkan rahang atas hanya merupakan bantalan keras yang digunakan untuk memotong rumput. Gigi pada rahang bawah berjumlah 8 buah (4 pasang).
Keadaan Bentuk Luar, kerbau dapat diketahui dengan memperhatikan karakteristik sebagai berikut:
Bentuk badan secara keseluruhan seimbang.
Ternak calon pejantan mempunyai alat kelamin dan kakinya kuat.
Ternak calon bibit betina mempunyai alat kelamin yang normal dan ambingnya baik.
Ternak kerja dipilih yang kakinya kuat, perototan berisi dan tulang hidungnya besar.
Kadang yang baik memenuhi persyaratan teknis dan ekonomis sebagai berikut:
Terpisah dari rumah dn jarak cukup jauh.
Bahan kandang bisa di buat dan kaya atau bamboo dan atap dan genting atau seng yang murah.
Lantai sebaiknya di semen atau dengan tanah yang di padatkan. Lantai kandang di buat lebih tinggi dari pada permukaan tanah sekitar nya.
Ventilasi dalam kandang harus baik.
Sistem saluran pembuangan ( drainase ) didalam dan diluar kandang harus baik (tidak becek).
Ukuran kandang yang ideal untuk ternak kerbau sangat ditentukan oleh umur dan jenis kelamin ternak itu sendiri.sebagai pedoman ukuran kandang untuk satu ekor ternak kerbau ialah sebagai berikut:
a. Kerbau betina dewasa 1,5 m x 2 m2,
b. kerbau jantan dewasa 1,8 m x 2 m2, dan
c.kerbau stadium anak 1,5 m x 1 m2
kandang dilengkapi dengan dinding , tempat makanan dan air minum. Atap kandang kerbau dapat terbuat dari asbes maupun genting.
Pemberian makanan
Pada umumnya, pakan ternak kerbau terdiri atas baha hijauan makanan ternak (HMT) ,limbah pertanian, dan penguat (konsentrat). Misalnya, susunan pemberian makanan ternak kerbau untuk tiap ekor dengan bobot 300kg dalam satu hari terdiri sebagai berikut.
1. Rumput segar (hijauan) 20 kg;
2. Jerami padi hasil pengolahan soda atau urea 7 kg;
3. Dedak halus 2,3 kg;
4. Kacang-kacangan segar 0,5 kg;
5. Garam 100 gr;
6. Vitamin dan mineral (premix)
Hijauan makanan ternak
ternak hijauan dewasa yang berat badan nya 350 kg-500 kg dapat di berikan bahan hijauan makanan (HMT) ternak atau rumput segar sebanyak 35 kg-50 kg/hari (10%dari berat badan). Pemberian hijaun biasanya diberikan 2 kali sehari, pagi dan sore. Hijauan dapat berupa aneka rumput lapangan atau rumput budi biya, misalnya rumput gajah ,rumput raja,rumput benggala, dan lain sebagai nya.
Pakan limbah pertanian
pada saat pakan hijauan sulit diperoleh terutama di musim kemarau, dapat dimanfaatkan libar pertanian misalnya jerami padi yang diolah dulu dengan cara penambahan soda dan amoniak.
Siapkan alat-alat terdiri atas : drum yang dipotong, alat pengaduk, ember plastic, alat penyiram, dan timbangan .
Siapkan bahan-bahan meliputi : jerami padi kering, air, dan soda.
Soda dilarutkan dalam ember sampai larut. Tiap-tiap kg jerami padi digunakan takaran 2 sendok makan (30 g) soda di campur dengan 1 liter air.
Jerami padi kemudian di potong kemudian dimasukan kedalam drum yang telah disediakan.
Jerami dalam drum, misalnya volume 3 kg, disiranm dengan larutan soda sedikit demi sedikitsambil diaduk sampai merata, kemudian campuran tadi
didiamkan atau dibiarkan merata selama 8 jam.
Tatalaksana pengolahan jerami padi dengan penambahan pupuk urea adalah sebagai berikut:
Siapkan alat terdiri atas : sendok, cangkul, alat penyiram, ember, timbangan, dan plastic.
Siapkan bahan-bahan meliputi : jerami padi, pupuk urea dan air.
Siapkan pupuk urea sebanyak 85 gr untuk setiap kg jerami padi.
Pupuk urea dilarutkan dengan 1 liter air dalam ember kemudian aduk-aduk sampai rata atau larut semua.
Buat lobang tempat penyimpanan jerami padi dengan ukuran lebar 75 cm, kedalaman 1 m dan panjanggnya disesuaikan dengan kebutuhan.
Jerami yang telah disediakan di masukan kedalam lubang, yang didasarnya dialasi dengan plastic.
Campuran urea yang telah di sediakan dimasukan kedalam kedalam alat penyiram dan disiramkan kedalam lobang yang telah berisi jerami.
Jerami dipadatkan dan segera tutup dengan plastic, lalu ditimbun dengan tanah dasarnya
Jerami padi tadi diabiarkan minimal 15 hari.
Dalam keadaan krisis hujan, pemberian jerami padi hasil pengolahan dengan penambahan soda atau urea kepada ternak kerbau sebanyak 30-35% dan jumlah hijauan yang dibutuhkan oleh ternak tersebut.
Pakan penguat (konsentrat)
Pakan penguat biasanya berupa dedak, jagung, tetes tebu, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, ampas tahu, onggok, dan lai-lain. Jumlah pemberian pakan penguat untuk ternak kebau dewasa sebanyak 4 kg 5kg atau 10% dan pemberian pakan hijauan . pemberian pakan penguat dilakukan 1 kali smapai dengan 2 kali, yaitu pagi dan sore.
Radang limpa (anthrax)
Penyakit anthrax disebabkan oleh kuman bacillus anthracis penyakit anthraxtelah dikenal di Indonesia sejak tahun 1885. Tanda-tanda ternakkerbau terserang penyakit anthrax adalah sebagai berikut:
a. Suhu badan meningkat (demam) antara 40oC-42oC
b. Limpa membesar (bengkak)dan rapuh
c. Sukar bernafas
d. Pendarahan pada mulu, lubang hidung, telinga, dan anus
e. Kematian yang cepat (mendadak)
Pengobatan ternak yang tersserang penyakit anthrax yaitu dengan menggunakan anti serum anthrax dengan dosis 100-200 cc secara sucutan serta diberikan antibiotika berupa penisilin terramisin, dan silfat thiazole.sementara tindakan pencegahan penyakit anthrax dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Ternak sehat harus di vaksin anthrax strain dengan dosis 1cc secara subcutan.
b. Jangan menjual atau menyembelih atau memakan daging atau susu ternak yang sakit sebab dapat menular.
c. Ternak sakit harus di asingkan atau disingkirkan atau diisolir
d. Ternak yang mati harus di bakar dan di kubur cukup dalam (2 m-3 m).
e. Pada lokasi-lokasi yang berpenyakit anthrax tertutup bagi lalulintas hewan , kemudian baru dibuka lagi setelah 14 hari terhitung mulai sembuhnya hewan sakit terakhir
f. Kandang dan bekas peralatan ternak sakit harus dihapuskan atau tidak digunakan lagi
Mulut dan kuku (aphtae epizootica)
Penyakit mulut dan kuku disebut aphtae epizootica (AE) yang sibabkan oleh virus.
Tanda-tanda serangan penyakit mulut dan kukuadalah sebagai berikut:
a. Demam dan nafsu makan berkurang
b. Dari mulut keluar air liur terus menerus,lempuh-lempuh dan keropeng pada mulut lidah dan putting susu
c. Jalan pincang karena terjadi luka dikaki
d. Senang berbaring , lesu dan mendapat kesulitan waktu bangkit
e. Produksi daging dan susu menurun
Penyakit mulut dan kuku (MK) menular ternak lain melalui makanan yang tercemar ,airliur atu kotoran ternak. Pencegahan penyakit mulut dan kuku dapat dilakukan dengan cara vaksinasi ,dan ternak sakit harus dipisah kan dengan ternak yang sehat, memindah kan hewan yang sakit ,menjaga kebersihan kandang, dan makanan begizi.
Surra (mubeng)
penyebab penyakit sura adalah protozoa tripanosoma evansi yang ditularkan oleh lalat penghisap darah . di Indonesia penyakit ini dikenal sejak tahun1987.gejala serangan penyakit surra adalah sebagai berikut
a. Bengkan bagian leher sampai dada bagian depan, perut bagian bawah sampai pelir (scrotum)
b. Demam meningkat
c. Ternak tampak berputar –putar dan
d. Sesak nfas, lemah , serta lesu.
Pencegahan penyakit surra dapat di lakukan dengan cara pemberantasan lalat penghisap darah,
Mengasingkan ternak yang sakit, mencucihamakan kandang dan peralatan , penyemprotan ternak dengan nagonal 3 gr dalam 30 cc aquadest.
Cacing hati
Penyebab penyakit cacing hati adalah cacing trematoda fasiciola gigantic.
Gejala penyakityang disebabkan cacing hati adalah sebagai berikut:
a. Mencret, dan ternak tampak kurus, dan lemah anemia
b. Produksi turun da,
c. Pertumbuhan anak sangat lambat
Penularan cacing hati pada umumnya pada rumput dan minuman yang tercemar cacing.
Pencegahan cacing hati dapat dilakukan dengan cara membunuh hewan perantara (siput). Sementara pengobatan cacing hati dapat dilakukan dengan cara tradisional dengan jambu muda digerus dan di cekokan.
Dapat pula dilakukan dengan tembakau sebanyak 3 liter dicampur 3 gr terusi, lalu ditambah kan 2 liter selanjutnya diberikan kepada ternak sebanya 30 mm-50 mm diminumkan . selain itu , cara kimiawi dapat diberi obat paten Dovenix berbahan aktif introsinil dosis 10 gr/kg berat badan,yang disuntikan dibawah kulitkarbontetra khlorida dosis antara 1-5 ml/ekor atau 50 mg/kg berat badab yang disuntikan dibawah kulit.
BUDIDAYA TERNAK BABI
Posted By: Unknown - 03.19.00
Ternak babi merupakan salah satu komoditas peternakan yang cukup potensial untuk dikembangkan. Ternak babi dan atau produk olahannya cukup potensial sebagai komoditas ekspor nasional. Pasar komoditas ini masih terbuka lebar ke berbagai negara seperti Singapura dan Hongkong. Berdasarkan statistik peternakan tahun 2010, populasi ternak babi tertinggi terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur 1,637,351ekor, Bali (930,465 ekor), Sumatera Utara (734,222 ekor), Sulawesi Selatan (549,083 ekor), Kalimantan Barat (484,299 ekor), Papua (546,696 ekor), Kalimantan Barat (484,299 ekor), Sulawesi Utara (332 ,942 ekor), Bangka Belitung (268,220 ekor), Sulawesi Tengah (215,973 ekor), Kepri (185,663 ekor).
Usaha peternakan babi merupakan usaha yang sudah dilakukan dalam kurun waktu yang cukup lama, namun belum ditemukan informasi tertulis, kapan sebetulnya peternakan babi di Indonesia dimulai. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa skala usaha peternakan babi sangat beragam. Di beberapa daerah seperti di Tapanuli Utara, Nias, Toraja, Nusa Tenggara Timur, Bali, Kalimantan Barat, dan Irian Jaya ternak babi dipelihara hanya sebagai sambilan usaha keluarga. Babi (umumnya dari jenis lokal) dilepas atau semi-dikurung dan diberikan limbah dapur dan limbah pertanian, sehingga produktivitasnya belum sesuai dengan yang diharapkan.
Untuk memperoleh hasil yang optimal dalam menjalankan usaha ternak babi terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu ketersediaan bibit yang memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas dan tatalaksana pemeliharaan yang meliputi perkandangan, kebersihan kandang, pemeliharaan induk, anak babi, ternak babi jantan dan babi usia tumbuh serta penanganan hasil produksi.
Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui manajemen pemeliharaan ternak babi yang baik sehingga usaha peternakan babi yang dilakukan dapat memperoleh hasil yang optimal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Babi
Babi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Class : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Sub ordo : Sus
Spesies : Sus Scrofa Sus, Vittatus
Babi termasuk ke dalam family suidae yaitu ternak non ruminansia dan dalam genus Sus ( babi liar). Babi yang ada pada ssaat ini diperkirakan merupakan keturunan dari:
1. Sus scrofa
2 .Sus vitatus
Sus scrofa memiliki tubuh besar, kepala runcing dan taring yang panjang. Pada sebagian leher terdapat bulu panjang dan kasar, kaki depan dan belakangnya besar. Sus vitatus tubuhnya lebih kecil dengan bulu halus dan kaki depan serta belakangnya lebih kecil. Pada dasarnya bangsa babi yang ada di Indonesia merupakan bangsa babi yang berasal dari tetua Sus vitatus yang saat ini masih banyak terdapat pada hutan-hutan di daerah Indonesia, namun karena perbedaan iklim, daerah lingkungan, pakan dan sebagainya sehingga muncul bangsa-bangsa babi jinak yang ada (Sihombing, 1991).
Ternak babi merupakan salah satu dari sekian jenis ternak yang mempunyai potensi sebagai suatu sumber protein hewani dengan sifat-sifat yang dimiliki yaitu prolifik (memiliki banyak anak setiap kelahiran), efisien dalam mengkonversi bahan makanan menjadi daging dan mempunyai daging dengan persentase karkas yang tinggi (Siagian, 1999).
Ternak babi merupakan salah satu komoditi Peternakan yang cukup potensial untuk dikembangkan. Hal tersebut disebabkan ternak babi dapat mengkonsumsi makanan dengan efisien, sangat prolifik yakni beranak dua kali setahun dan sekali beranak antara 10 – 14 ekor (Wheindrata, 2013).
Babi adalah ternak monogastrik yang mampu mengubah bahan makanan secara efisien. Limbah pertanian, peternakan dan sisa makanan manusia yang tidak termakan dapat digunakan oleh babi untuk menjadi produksi daging. Besarnya konversi babi terhadap ransum ialah 3,5 artinya untuk menghasilkan berat babi 1 kg dibutuhkan makanan sebanyak 3,5 kg ransum (Prasetya, H., 2012).
Ternak babi juga adalah ternak yang paling subur untuk dipelihara dan kemudian dijual. Jumlah anak yang dilahirkan lebih dari satu, serta jarak dari satu kelahiran dan kelahiran berikutnya pendek hal ini memungkinkan untuk menjualnya dalam jumlah besar. Babi yang besar dapat dengan mudah memproduksi litter size yang masing-masing terdiri dari rata-rata 10 ekor babi perkelahiran, selanjutnya dinyatakan bahwa karakter reproduksi bersifat unik bila dibandingkan dengan sapi, domba dan kuda. Perbedaan yang paling penting adalah bahwa babi merupakan hewan polytocous atau melahirkan anak lebih dari satu (Blakely J dan Bade, 1992).
Pemeliharaan Ternak Babi
Tingkat keberhasilan usaha ternak babi yang dijalankan pada dasarnya tergantung pada kemampuan pengusahanya dalam mengendalikan peranan faktor-faktor penentu dalam usaha mengeksploitasi sifat tersebut. Pada skala usaha kecil, maka usaha peternakan babi merupakan komponen usaha pertanian tanaman pangan atau usaha lain dan peternakan babi hanyalah sebagai usaha sambilan. Sedangkan pada skala usaha besar, tujuan ekonomi semakin menonjol oleh karena itu prinsip ekonomi semakin diintensifkan, sehingga pertimbangan akan pengaruh faktor internal maupun eksternal akan semakin intensif ( Aak., 1974).
Ternak babi sangat sensitif terhadap pengaruh makanan yang tidak mencukupi dan terhadap tatalaksanaan pemeliharaan yang kurang berhubung karena pertumbuhan yang luar biasa cepatnya dan oleh karena itu menuntut kebutuhan makanan yang bermutu tinggi.ternak babi mempunyai pertambahan berat badan atau pertumbuhan yang lebih tinggi dengan pemberian takaran makanan tertentu jika dibandingkan dengan ternak lain, kecuali ayam broiler yang dipelihara dengan cermat, jug akalori yang berasal dari makanan yang dikandung di dalam bagian – bagian yang dapat dimakan dari ternak babi lebih tinggi dibandingkan dengan yang berasal dari jenis ternak lain dengan pemberian takaran zat makanan yang sama (sihombing, 1991).
Untuk memperoleh hasil yang optimal dalam menjalankan usaha ternak babi terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu ketersediaan bibit yang memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas dan tatalaksana pemeliharaan yang meliputi perkandangan, kebersihan kandang, pemeliharaan induk, anak babi, ternak babi jantan dan babi usia tumbuh serta penanganan hasil produksi. Hal lain yang dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan dalam suatu usaha peternakan babi adalah tenaga yang terampil dalam mengelola usaha tersebut (Murtidjo, 1990).
Ternak babi yang dihasilkan oleh suatu peternakan babi akan mempunyai performans yang baik apabila manajemen pemeliharaan yang digunakan juga baik. Manajemen pemeliharaan babi harus disesuaikan dengan periode masa pertumbuhan babi, dari manajemen pemilihan bibit, pemberian pakan, perkawinan, kesehatan dan lain-lain. Maka dari itu manajamen pemeliharaan sangat menentukan kuantitas maupun kualitas babi yang dihasilkan (Siagian, 1999).
BAB III
PEMBAHASAN
Di Indonesia ternak babi telah cukup lama diketahui orang, namun pengetahuan tentang beternak babi yang benar dan produktif belum banyak diterapkan, mengingat kurangnya informasi, akibatnya peternakan babi di Indonesia cenderung masih dilakukan secara tradisional bahkan tak jarang ditemui banyak peternakan babi yang dikelola secara sangat sederhana dalam arti belum dikandangkan secara baik, belum diperhatikan pakannya, pertumbuhannya, perkembangbiakannya maupun kesehatannya.
Agar usaha ternak babi dapat memberikan keuntungan yang optimal bagi pemiliknya maka perlu diperhatikan beberapa hal yang menyangkut Manajemen pemeliharaan Ternak Babi.
PEMILIHAN BIBIT
Pemilihan bibit yang baik merupakan langkah awal keberhasilan suatu usaha peternakan. Syarat-syarat yang perlu diperhatikan pada waktu memilih bibit:
Babi Sehat, dengan ciri-ciri : letak puting simetris dan jumlah 12 buah kiri dan kanan, ambing yang besar dengan saluran darah terlihat jelas, tubuh yang padat dan kompak, kaki yang tegap dan kokoh, tubuh yang panjang dibandingkan dari babi-babi yang sama umur.
Anak babi yang akan di ternakan sebaiknya berasal dari induk yang sering menghasilkan anak banyak atau biasanya mempunyai anak lebih dari 5 ekor dalam satu kelahiran dan sanggup atau menjaga anak-anaknya sampai saat lepas susu, maupun pejantan yang sanggup atau mempunyai kemampuan kawin serta menghasilkan anak lebih dari 5 ekor.
PERKANDANGAN
Untuk mencapai keberhasilan di dalam usaha peternakan khusunya ternak babi, antara lain perlu diusahakan suatu bangunan kandang yang baik. Sebab hanya kandang yang baiklah yang akan mampu:
Meningkatkan konversi makanan
Meningkatkan pertumbuhan dan menjamin kesehatan ternak.
Yang dimaksud dengan kandang yang baik disini ialah, suatu bangunan kandang yang dibangun menurut aturan kandang yang benar.
Ada berbagai macam kandang babi, masing-masing bisa dibedakan menurut konstruksi dan kegunaannya.
Berbagai Macam Kandang Menurut Konstruksinya
Menurut konstruksinya kandang babi dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:
Kandang Tunggal; yaitu bangunan kandang yang terdiri dari satu baris saja
Kandang Ganda; yaitu bangunan kandang yang terdiri dari dua baris yang letaknya bisa saling berhadapan ataupun bertolak belakang.
Berbagai Macam Kandang Menurut Kegunaannya
Menurut kegunaannya, kandang babi sisa dibangun sesuai dengan tujuannya, masing-masing dengan ukuran dan perlengkapan yang berbeda-beda;
1. Kandang Induk
Kandang induk yang efisien ialah jika kandang tersebut nyaman bagi induk dan sekaligus nyaman bagi anak-anak yang dilahirkan, sehingga anak-anaknya bisa mendapatkan kesempatan hidup pada kandang tersebut.
Pada pokoknya kadang babi induk bisa dibedakan antara kandang individual dan kelompok.
a) Kandang Individual
Pada kandang induk individual, satu ruangan hanyalah disediakan untuk seekor babi. Konstruksi kandang individual ialah kandang tunggal, di mana kandang hanya terdiri dari satu baris kandang. Atap bagian depan dibuat lebih tinggi daripada bagian belakang, pada saat hujan atap bagian depan diusahakan bisa ditutup. Untuk ukuran kandang tersebut adalah sebagai berikut:
Tinggi bagian depan 2,5 m, bagian belakang 2 m
Panjang 2,5 m, ditambah halaman pengumbaran yang terletak di belakang sepanjang 4 m
Tinggi tembok 1 m
Lebar 3 m.
Pada ren (halaman pengumbarannya) yang berukuran panjang 4 m itu lantainya bisa dibuat dari pasangan semen, tanah atau batu, di mana induk bisa makan di situ pula. Sedangkan untuk diding depan bisa dibuat dari tembok, bamboo, papan atau bahan lain seperti anyaman kawat. Tetapi apabila dinding itu bahannya dari kawat, harus diusahakan dengan anyaman yang kecil, dan kuat supaya anak-anaknya tidak bisa keluar.Kandang ini perlu dilengkapi dengan guard-rail (pintu penghalang) yang terletak di dalam, guna mencegah babi kecil mati tertindih, lampu pemanas, diberikan tilam dari jerami kering yang bersih serta dilengkapi dengan tempat makan khusus untuk anak-anak babi. Tempat makan ini diberi pagar pemisah agar induk tidak bisa mengganggu makanan yang diberikan kepada anak-anaknya.
b) Kandang Kelompok
Pada dasarnya kandang induk kelompok ini sama seperti pada kandang individual. Biasanya konstruksi kandang ini ialah kandang ganda, sehingga bisa dilengkapi dengan gang/jalan yang dapat dipakai untuk memberikan makanan dan air minum, sedang alat perlengkapan lainnya sama seperti pada kandang tunggal.
2. Kandang Fattening
Kandang fattening ini pada prinsipnya sama dengan kandang induk, akan tetapi perlengkapan dan ukuran lebih sederhana, masing-masing bisa dibangun konstruksi tunggal atau ganda. Konstruksi ganda ini bisa dipakai untuk kelompok fattening yang jumlahnya lebih besar, namun tiap-tiap unit tak akan melebihi 12 – 15 ekor. Di samping kandang fattening ini berbentuk kandang kelompok, tetapi ada pula yang berbentuk battery.
Kapasitas/ukuran:
1 m²/1 ekor, babi yang berat badannya rata-rata 80 kg
0,75 m² untuk berat 50 kg/ekor
0,5 m² untuk babi berat 35 kg/ekor.
3. Kandang Pejantan
Kandang pejantan dibangun khusus, terpisah dengan babi induk. Dan usahakan agar bangunan itu kuat, yang dilengkapi dengan halaman pengumbaran, agar pejantan bisa exercise(lantai) dan bisa melihat babi-babi betina dari halaman.
Ukuran :
2 x 3 m dan halaman 4 x 3 m
Tinggi kandang, bagian depan 2 m, belakang 1,5 m.
PAKAN
Pakan merupakan salah satu faktor penting dalam usaha ternak babi. Sebab 60% dari keseluruhan biaya dihabiskan untuk keperluan babi-babi induk (bibit), dan 80% untuk keperluan babi fattening. Oleh karena itu suatu hal yang perlu diperhatikan disini ialah bahwa walaupun babi itu secara alamiah tergolong hewan yang makannya sangat rakus, dan suka makan apapun, namun mereka perlu diberi makanan dengan perhitungan yang betul. Sebab, di samping ternak babi itu banyak makan dan rakus, konversi terhadap makanan pun sangant bagus, sehingga apabila pemeliharaannya baik, laju pertumbuhannya pun akan baik pula. Perlu diingat bahwa babi termasuk hewan yang memiliki alat pencernaan sederhana, yang tak mampu mencerna bahan makanan yang kadar serat kasarnya tinggi. Pakan untuk ternak babi umumnya merupakan campuran dari berbagai macam bahan makanan yang diberikan dalam kurun waktu tertentu (ransum).
Beberapa faktor penting yang harus diperhatikan peternak dalam pemberian pakan/ransum pada ternak babi adalah sebagai berikut:
a) Kandungan Zat Makanan
Semua bahan makanan yang diperlukan oleh babi terutama terdiri dari enam unsur pokok : karbohidrat, serat kasar, lemak, protein, vitamin-vitamin, mineral dan air.
b) Penyusunan Ransum
Apabila jumlah babi yang dipiara itu hanya bebarapa ekor saja, maka kepada babi tersebut bisa diberikan sisa-sisa bahan makanan dari dapur, seperti kulit pisang, pepaya, sayuran, nasi dan lain sebagainya. Akan tetapi betapapun banyak sisa makanan yang bisa diberikan, namun praktek pemberian makanan semacam itu kurang bisa dipertanggung jawabkan. Sebab bahan makanan tersebut bukanlah merupakan rasum yang mempunyai susunan zat makanan dalam imbangan yang tepat seperti yang diperlukan tubuh babi untuk keperluan pertumbuhan dan berproduksi.
Kandungan zat makanan dalam ransum diperhitungkan berdasarkan beberapa faktor diantaranya :
Tujuan peternakan itu sendiri, misalnya sebagai babi fattening, bibit
Fase hidup babi, starter, grower, finisher atau berat babi
Pedoman yang telah ada seperti zat-zat makanan yang diperlukan dan pertimbangan ekonomis, serta bahan yang tersedia pada sepanjang tahun.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut di atas, maka dapat disusun berbagai macam ransum sesuai dengan kebutuhan babi dan tujuan peternak.
Ransum Starter
Yang dimaksud dengan babi starter ialah anak babi yang masih menyusui dengan umur 8 – 10 minggu. Pada fase atau periode ini mereka harus mendapatkan ransum starter, yaitu ransum yang terdiri dari :
Komposisi bahan makanan yang mudah dihisap oleh anak babi dan pula mudah dicerna (creep feeder)
Kandungan serat kasarnya rendah, misalnya dari bahan jagung giling halus, tepung susu skim. Sebab susu kandungan proteinnya tinggi, sedangkan jagung memiliki kadar cerna yang tinggi dan merupakan sumber karbohidrat
Kandungan protein 20 – 22 %, MP 70
Serat kasar 3 %.
Ransum Grower
Babi grower yaitu anak babi sesudah melampaui fase starter sampai umur 5 bulan. Babi-babi yang telah melewati fase grower dan mencapai berat 50 kg. Hal ini dimaksudkan agar :
Babi tumbuh cepat, sehat dan kuat
Bisa menghasilkan babi-babi fattening yang tidak banyak lemak atau spek, melainkan banyak daging
Babi bibit (breeding) dalam periode menyusui nanti akan bisa memproduksi air susu cukup banyak.
Babi-babi yang hidup pada fase ini harus mendapatkan ransum grower, yaitu ransum yang terdiri dari :
Bahan yang agak kasar sedikit dari pada ransum starter
Kadar protein kurang lebih 17%, MP 68
Serat kasar 5%
Ditambah ekstra hijauan segar, vitamin-vitamin dan mineral.
Ransum Fattening
Babi fattening adalah babi-babi yang digemukkan sebagai babi potongan yang beratnya 50 – 100 kg. penggemukan ini dimulai semenjak mereka sudah melewati fase grower yang berat hidupnya 50 kg sampai dengan bisa dipotong yaitu pada waktu mencapai berat 100 kg. Ransum yang diberikan ialah ransum fattening, yang terdiri dari :
- Bahan makanan yang agak kasar
- Kadar protein 14%, MP 69.
Ransum Bibit
Ransum bibit merupakan ransum yang diberikan kepada babi dara, sebagai pengganti makanan fase grower atau babi bunting3 bulan pertaman. Yang perlu diperhatikan dalam hal ini ialah babi tidak boleh terlampau gemuk dan banyak fat. Untuk menghindarkan keadaan ini maka babi tersebut harus diberikan ransum khusus yaitu ransum bibit yang terdiri dari:
Bahan-bahan makanan yang kadar serat kasarnya relative tinggi kurang lebih 8,5%
Protein 14,5 %, MP 64
Ditambah hijauan.
Ransum Induk Menyusui
Ransum induk menyusui yaitu ransum yang diberikan pada bulan terakhir pada masa bunting dan selama mereka menyusui. Ransum tersebut terdiri dari :
- Bahan yang kandungan serat kasarnya relative rendah, 7%
Serat kasar yang tidak terlalu tinggi dimaksudkan untuk menghidari kemungkinan terjadinya kesukaran buang kotoran (konstipasi) pada saat hendak melahirkan. Untuk mengatasi konstipasi ini babi bisa ditolong dengan diberikan obat pencahar (urus-urus), misalnya garam inggris sebanyak 1 (satu) sendok makan yang dicampur makanan. Pemberiannya dilakukan beberapa hari sebelum dan sesudah melahirkan. Pada saat ini jumlah ransum bisa dikurangi, tetapi harus betul-betul bermutu.
- Kadar protein tinggi, 18,5%, MP 66
Protein yang tinggi diperlukan untuk : pertumbuhan embrio dan persiapan produksi air susu.
c) Pemberian Ransum
Untuk anak babi berumur kurang lebih 8 minggu 0,25 kg/ ekor/hari
Untuk anak babi berumur 1 tahun sebanyak 2 kg/ekor/hari.
Untuk induk yang tidak menyusui/ tidak bunting kurang lebih 2 kg/ekor/hari.
Untuk induk babi yang bunting sebanyak kurang lebih 2,5 kg/ekor/hari.
Untuk induk menyusui 2 kg/ekor/hari ditambah dengan jumlah anak dikalikan 0,25 kg/ekor/hari.
Untuk pejantan sebanyak 3 – 4 kg/ekor/hari.
Makanan diberikan 2-3 kali sehari dan tidak mutlak harus dimasak karena zat-zat vitamin dalam campuran makanan yang dimasak akan rusak atau hilang, namun ada pula yang perlu dimasak seperti ubi kayu, daun keladi dan kacang kedelai sebab mengandung racun, dapat menimbulkan gatal gatal, mengandung zat anti metabolik. Ternak babi disamping membutuhkan makanan juga membutuhkan air minum yang bersih setiap hari dan disediakan secara tak terbatas dalam kandang sehingga babi dapat minum sesuai dengan kebutuhannya.
PEMELIHARAAN
Pokok - pokok beternak babi:
Yang perlu diperhatikan terhadap pemeliharaan anak babi antara lain:
Anak babi yang berumur 2 minggu diberikan makanan khusus;
Terhadap babi umur 4 minggu melakukan kastrasi;
Babi umur 6 minggu diadakan vaksinasi;
Babi umur 4-8 minggu penyapihan;
Babi umur 10 minggu pencegahan atau pemberantasan terhadap penyakit cacing;
Babi sangat sensitif terhadap perubahan suhu yang mendadak;
Bentuk kandang ikut menentukan efisiensi tenaga, biaya dan produksi;
Babi sensitif terhadap penyakit-penyakit parasit seperti cacing, kudis;
Pengawasan terhadap gejala babi birahi menentukan sukses tidaknya perkawinan.
Beberapa faktor penting dalam pemeliharaan ternak babi:
Berat anak babi waktu lahir 1-1,5 kg;
Jumlah anak babi sekali melahirkan 7-14 ekor;
Pertambahan berat badan 450-500 gram/hari;
Berat penyapihan rata-rata 10-14 kg;
Umur untuk dikawinkan pertama kali bagi betina 10-12 bulan, pejantan minimal 8 bulan;
Siklus birahi betina rata-rata 21 hari;
Lama birahi 2-3 hari, perkawinan dilakukan pada hari kedua saat babi itu birahi;
Lama kebuntingan kira-kira 114 hari (3 bulan 3 minggu 3 hari);
Induk umumnya melahirkan 2 x setahun;
Sebaiknya babi dijual setelah umur 8-9 bulan dengan berat hidup 80-100 kg
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan oleh peternak:
Berat pada waktu lahir, disapih;
Tanggal kelahiran, perkawinan, penyapihan;
Banyaknya makanan yang dihabiskan;
Kondisi dan penyakit yang timbul;
Bangsa babi;
Jumlah anak yang dilahirkan;
Kelamin/sex anak yang dilahirkan;
Berat badan waktu dijual;
Pertambahan berat badan perhari ;
Silsilah induk dan ayah;
Selain diambil dagingnya, seperti halnya dengan kotoran ternak lain, kotoran babi juga dapat digunakan sebagai pupuk setelah kering dan disimpan beberapa saat.
Anak babi sejak lahir sampai berumur 10 hari menghadapi suatu masa kritis sebab anak babi sangat sensitif dan tidak berdaya menghadapi lingkungan yang berat. Kematian anak babi sangat menonjol apabila tatalaksana dan pemeliharaan induk dan anak kurang baik. Oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa hal dalam pemeliharaan anak-anak babi misalnya:
Pembuatan kandang dengan sekat pengaman dalam kandang, tempat makan;
Menjaga kebersihan kandang secara teratur dan kontinyu;
Segera setelah anak babi lahir, tali pusar diolesi obat merah untuk menghindari infeksi;
Memberi makan dan minum secara teratur;
Bila induk babi mati, anak babi yang masih kecil dapat dipisahkan ke induk yang lain atau diberi susu pengganti sebanyak 0,2 - 0,4 liter/ekor/hari sampai umur 4-5 minggu.
Babi jantan yang digunakan sebagai pejantan pada umur 10 bulan dapat mengawini 1 sampai 2 ekor babi betina/hari dan dalam seminggu jangan lebih dari 3 kali kawin. Perbandingan jumlah pejantan dan induk babi 1 ekor : 8 - 10 ekor. Anak babi yang tidak digunakan sebagai calon pejantan sebaiknya segera dikebiri berumur kira-kira 3 minggu.
Babi yang digunakan sebagai calon induk dikawinkan pertama kali pada umur 9 bulan, sedangkan induk babi yang baru melahirkan sudah dapat dikawinkan kembali setelah umur 12 minggu atau setelah anaknya disapih.
PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT
Pada prinsipnya penyakit yang menyerang babi bisa digolongkan menjadi dua:
1. Penyakit Tak Menular
Misalnya penyakit akibat kekurangan zat-zat makanan tertentu (deficiency) seperti anemia, bulu rontok, rachitis, keracunan, dan lain-lain.
2. Penyakit Menular
Penyakit yang disebabkan oleh gangguan dari suatu organisme (bakteri, virus dan parasit) seperti cacing, kutu, dan lain - lain.
Berikut ini hal – hal penting yang harus dilakukan oleh peternak dalm menjalani usaha ternak babi agar ternak babi dapat terhindar dari berbagai penyakit:
Kualitas dan kuantitas pakan/ransum diperhatikan;
Kualitas air minum diperhatikan;
Menjaga kebersihan ternak babi;
Melakukan desinfeksi kandang dan peralatan, penyemprotan insektisida terhadap serangga, lalat dan pembasmian terhadap hama lainnya;
Selalu memperhatikan kondisi ternak, termasuk kondisi fisiologis;
Pemberian vaksinasi;
Memisahkan ternak yang sakit ke kandang isolasi;
Segera mengobati ternak yang sakit;
Melakukan konsultasi dengan penyuluh peternakan atau dokter hewan;
Membakar atau mengubur bangkai babi yang mati karena penyakit hewan menular dibawah pengawasan Dokter Hewan Peternakan setempat;
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Untuk memperoleh hasil yang optimal dalam menjalankan usaha ternak babi terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu ketersediaan bibit yang memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas dan tatalaksana pemeliharaan yang meliputi perkandangan, kebersihan kandang, pemeliharaan induk, anak babi, ternak babi jantan dan babi usia tumbuh serta penanganan hasil produksi.
Langganan:
Postingan (Atom)